Teks sambutan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Indonesia merupakan media penting untuk menyampaikan refleksi, apresiasi, dan inspirasi terkait perkembangan serta tantangan dunia pendidikan. Biasanya, teks pidato ini memuat ulasan mengenai tema Hardiknas yang ditetapkan Kemendikbudristek, pencapaian-pencapaian di bidang pendidikan, serta ajakan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan. Contohnya, pidato dapat menyoroti keberhasilan implementasi kurikulum tertentu, upaya peningkatan kompetensi guru, atau strategi mengatasi kesenjangan akses pendidikan di daerah terpencil.
Penyampaian pidato Hardiknas memiliki peran krusial dalam membangkitkan semangat dan komitmen seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pendidik, peserta didik, orang tua, hingga pemerintah. Momentum Hardiknas dimanfaatkan untuk mengevaluasi program-program pendidikan yang telah berjalan, merencanakan langkah-langkah strategis ke depan, serta memperkuat sinergi antar berbagai pihak. Peringatan Hardiknas juga menjadi pengingat akan jasa Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang gagasan dan pemikirannya masih relevan hingga saat ini.
Lebih lanjut, pembahasan mengenai penyusunan dan penyampaian pidato Hardiknas yang efektif akan diuraikan pada bagian-bagian selanjutnya. Aspek-aspek yang akan dikaji meliputi struktur pidato, pilihan diksi, teknik penyampaian, serta penyesuaian isi pidato dengan konteks audiens.
1. Tema Hardiknas
Tema Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) merupakan fondasi utama bagi penyusunan contoh pidato Hardiknas. Tema yang diusung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) setiap tahunnya mengarahkan substansi dan pesan yang ingin disampaikan dalam pidato. Tema Hardiknas berfungsi sebagai benang merah yang menyatukan seluruh elemen pidato, mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Misalnya, jika tema Hardiknas berfokus pada “Merdeka Belajar”, maka contoh pidato Hardiknas akan mengeksplorasi berbagai aspek kemerdekaan belajar, seperti inovasi pembelajaran, kreativitas guru, dan kemandirian siswa. Tanpa pemahaman yang mendalam terhadap tema Hardiknas, pidato akan kehilangan fokus dan relevansi.
Keterkaitan antara tema Hardiknas dan isi pidato terlihat jelas dalam pemilihan contoh, data, dan argumen yang disajikan. Setiap poin dalam pidato idealnya berkaitan erat dengan tema yang diangkat. Sebagai ilustrasi, jika tema Hardiknas menyoroti peningkatan literasi, maka contoh pidato dapat memuat data mengenai indeks literasi masyarakat, program-program peningkatan literasi yang telah dijalankan, serta tantangan yang dihadapi dalam upaya membangun budaya literasi. Dengan demikian, tema Hardiknas berperan sebagai kerangka berpikir yang memandu penyusunan dan penyampaian pidato.
Pemahaman yang komprehensif terhadap tema Hardiknas memungkinkan penyusunan pidato yang berkualitas dan berdampak. Pidato yang selaras dengan tema Hardiknas tidak hanya informatif, tetapi juga inspiratif dan memotivasi para pendengar untuk berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan. Kegagalan dalam mengintegrasikan tema Hardiknas ke dalam pidato dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan menjadi kabur dan kurang bermakna. Oleh karena itu, mempelajari dan memahami tema Hardiknas secara mendalam merupakan langkah esensial dalam menyusun contoh pidato Hardiknas yang efektif.
2. Refleksi dan Apresiasi
Refleksi dan apresiasi merupakan komponen integral dalam contoh pidato Hari Pendidikan Nasional. Refleksi berarti merenungkan kembali perjalanan dan perkembangan dunia pendidikan, baik keberhasilan maupun kendala yang dihadapi. Apresiasi bermakna memberikan penghargaan atas dedikasi dan kontribusi seluruh insan pendidikan, mulai dari guru, tenaga kependidikan, orang tua, hingga peserta didik itu sendiri. Keduanya saling berkaitan dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam pidato. Refleksi tanpa apresiasi dapat terkesan pesimis, sementara apresiasi tanpa refleksi terkesan kurang mendalam. Sebagai contoh, pidato dapat merefleksikan tantangan implementasi Kurikulum Merdeka dan sekaligus mengapresiasi upaya adaptasi yang dilakukan oleh para guru di seluruh Indonesia. Contoh lainnya adalah refleksi terhadap kesenjangan akses digital dalam pembelajaran daring serta apresiasi terhadap berbagai inisiatif untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
Kehadiran refleksi dan apresiasi dalam pidato Hardiknas menambah bobot dan makna peringatan tersebut. Refleksi mendorong evaluasi kritis terhadap sistem pendidikan, sementara apresiasi memberikan motivasi dan semangat untuk terus berkarya. Pidato yang hanya berisi pujian tanpa evaluasi diri akan terkesan stagnan, sedangkan pidato yang hanya berisi kritik tanpa penghargaan dapat menimbulkan demotivasi. Keseimbangan antara refleksi dan apresiasi menciptakan atmosfer yang konstruktif dan berorientasi pada perbaikan berkelanjutan. Misalnya, sebuah pidato dapat merefleksikan rendahnya minat baca siswa dan sekaligus mengapresiasi program-program literasi yang telah menunjukkan hasil positif, serta mendorong replikasi program tersebut di daerah lain.
Singkatnya, refleksi dan apresiasi bukanlah elemen pelengkap, melainkan bagian esensial dari sebuah pidato Hardiknas yang berkualitas. Keduanya berkontribusi dalam mewujudkan pidato yang berisi, bermakna, dan memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia pendidikan. Tanpa refleksi dan apresiasi, pidato Hardiknas hanya akan menjadi seremonial belaka tanpa tajihan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap contoh pidato Hardiknas memuat unsur refleksi dan apresiasi yang seimbang dan relevan.
3. Inspirasi dan motivasi
Inspirasi dan motivasi merupakan elemen krusial dalam contoh pidato Hari Pendidikan Nasional. Pidato Hardiknas bukan sekadar seremonial, tetapi juga momentum untuk membangkitkan semangat dan gairah seluruh pemangku kepentingan dalam memajukan pendidikan. Inspirasi ditanamkan melalui kisah-kisah sukses, teladan inspiratif, atau gagasan-gagasan inovatif di bidang pendidikan. Motivasi dibangun melalui ajakan bertindak, penegasan tujuan bersama, dan penanaman optimisme akan masa depan pendidikan. Keduanya bersifat sinergis; inspirasi menyalakan api semangat, sementara motivasi mengarahkan energi tersebut menjadi aksi nyata. Contohnya, pidato dapat menginspirasi dengan menceritakan kisah seorang guru di daerah terpencil yang berdedikasi tinggi, dan selanjutnya memotivasi para pendidik lain untuk meneladani semangat pengabdian tersebut.
Keberadaan inspirasi dan motivasi dalam pidato Hardiknas berdampak signifikan terhadap efektivitas penyampaian pesan. Pidato yang inspiratif dan memotivasi mampu menyentuh hati dan pikiran para pendengar, menumbuhkan rasa percaya diri, serta memicu inisiatif dan kreativitas. Sebaliknya, pidato yang kering inspirasi dan motivasi cenderung diabaikan dan tidak memberikan dampak yang berarti. Dalam konteks pendidikan, inspirasi dan motivasi menjadi modal penting untuk mengatasi berbagai tantangan, mulai dari peningkatan mutu pembelajaran, pemerataan akses pendidikan, hingga peningkatan kompetensi guru. Sebagai ilustrasi, pidato dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan berkarya dengan menekankan pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.
Kesimpulannya, mengintegrasikan inspirasi dan motivasi ke dalam contoh pidato Hardiknas merupakan sebuah keharusan. Keduanya berperan vital dalam menciptakan momentum perubahan dan perbaikan di dunia pendidikan. Tanpa sentuhan inspirasi dan motivasi, pidato Hardiknas akan kehilangan daya dorongnya untuk menggerakkan semua elemen bangsa dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Tantangannya adalah bagaimana mengemas inspirasi dan motivasi secara kreatif dan efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan diimplementasikan oleh seluruh pendengar. Hal ini menuntut kepekaan dan kreativitas dalam memilih kata, menyusun alur pidato, dan menyesuaikan isi pidato dengan karakteristik audiens.
4. Bahasa lugas dan efektif
Penggunaan bahasa lugas dan efektif merupakan kunci keberhasilan penyampaian pesan dalam contoh pidato Hari Pendidikan Nasional. Kejelasan dan ketepatan bahasa memastikan pesan dapat dipahami oleh seluruh audiens, terlepas dari latar belakang pendidikan dan usia mereka. Bahasa yang berbelit-belit dan dipenuhi jargon justru mengaburkan pesan dan mengurangi daya tarik pidato. Efektivitas bahasa mencakup pemilihan diksi yang tepat, struktur kalimat yang sederhana, dan alur penyampaian yang logis.
-
Kejelasan Diksi
Pemilihan kata yang tepat dan mudah dipahami menghindari kesalahpahaman dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Hindari penggunaan istilah teknis yang tidak umum diketahui audiens, kecuali dijelaskan secara ringkas dan jelas. Contohnya, alih-alih mengatakan “implementasi pedagogi konstruktivisme”, dapat digunakan frasa “pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif”.
-
Kesederhanaan Struktur Kalimat
Kalimat pendek dan lugas lebih mudah dicerna dibandingkan kalimat panjang dan kompleks. Struktur kalimat yang rumit dapat membingungkan audiens dan mengurangi fokus mereka pada isi pidato. Sebagai contoh, “Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa” lebih efektif dibandingkan “Dalam kerangka pembangunan nasional, pendidikan diposisikan sebagai salah satu pilar utama yang menentukan kemajuan dan kesejahteraan bangsa.”
-
Alur Penyampaian yang Logis
Penyampaian pesan secara sistematis dan runtut memudahkan audiens dalam mengikuti alur pikiran pidato. Transisi antar paragraf harus jelas dan terhubung secara logis. Misalnya, setelah membahas tentang tantangan pendidikan, pidato dapat berlanjut dengan menawarkan solusi konkret dan ajakan bertindak.
-
Penyesuaian dengan Audiens
Bahasa yang digunakan perlu disesuaikan dengan karakteristik audiens. Pidato untuk guru akan berbeda dengan pidato untuk siswa. Perbedaan tersebut tercermin dalam pilihan kata, gaya bahasa, dan contoh yang digunakan. Pidato yang relevan dengan audiens akan lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih besar.
Penguasaan bahasa lugas dan efektif menentukan kualitas dan dampak dari sebuah pidato Hardiknas. Pidato yang disampaikan dengan bahasa yang jelas, tepat, dan sistematis akan lebih mudah dipahami, diingat, dan mendorong aksi nyata dari para pendengar. Sebaliknya, penggunaan bahasa yang berbelit-belit dan tidak terstruktur akan mengurangi efektivitas pidato dan gagal mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan dan latihan yang matang dalam memilih kata dan menyusun kalimat sebelum menyampaikan pidato Hardiknas.
5. Penghormatan Ki Hajar Dewantara
Penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara merupakan elemen penting dalam contoh pidato Hari Pendidikan Nasional. Pidato Hardiknas idealnya mengungkapkan penghargaan atas jasa dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang meletakkan fondasi filosofis bagi sistem pendidikan di Indonesia. Menyebutkan nama beliau, mengutip semboyan Tut Wuri Handayani, atau merefleksikan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menunjukkan kesadaran akan pentingnya warisan pemikiran beliau bagi generasi sekarang. Pengakuan ini bukan semata formalitas, melainkan bentuk internalisasi nilai-nilai luhur pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai contoh, pidato dapat mengaitkan tema Hardiknas dengan salah satu prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, seperti Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan, memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah, membangun semangat), atau Tut Wuri Handayani (di belakang, memberikan dorongan). Hal ini menunjukkan relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konteks pendidikan masa kini.
Mengintegrasikan penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara ke dalam pidato Hardiknas memperkaya makna dan kedalaman pesan yang disampaikan. Pidato tidak hanya berfokus pada isu-isu kontemporer, tetapi juga menghubungkan permasalahan tersebut dengan akar filosofis pendidikan Indonesia. Hal ini menciptakan kesinambungan historis dan memperkuat jati diri pendidikan nasional. Misalnya, pidato dapat membahas tantangan pendidikan karakter di era digital dengan merefleksikan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pada pembentukan manusia seutuhnya, berbudi pekerti luhur, dan berjiwa merdeka. Dengan demikian, penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara bukan sekedar elemen retoris, melainkan kerangka berpikir yang mendasari upaya pemajuan pendidikan.
Penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara dalam pidato Hardiknas merupakan wujud apresiasi dan komitmen untuk meneruskan perjuangan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi pengingat akan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan berorientasi pada pembentukan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Ketiadaan penghormatan ini dalam pidato Hardiknas akan menimbulkan kesan kehilangan akar dan arah dalam mengarungi perkembangan dunia pendidikan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara harus ditempatkan sebagai bagian integral dan tak terpisahkan dari setiap contoh pidato Hari Pendidikan Nasional.
6. Ajakan bertindak
Ajakan bertindak merupakan penutup yang krusial dalam contoh pidato Hari Pendidikan Nasional. Setelah menyampaikan refleksi, apresiasi, dan inspirasi, pidato harus diakhiri dengan ajakan konkret yang mendorong audiens untuk berkontribusi dalam memajukan pendidikan. Ajakan ini menghindari kesan pidato hanya sebatas seremonial dan memberikan arah nyata bagi para pendengar untuk menerjemahkan pesan pidato menjadi aksi. Tanpa ajakan bertindak, pidato cenderung dianggap sebagai ucapan tanpa implementasi.
-
Spesifik dan Terukur
Ajakan bertindak harus spesifik dan terukur agar mudah dipahami dan diimplementasikan. Alih-alih mengajak “meningkatkan mutu pendidikan”, pidato dapat mengajak “membaca buku minimal 15 menit setiap hari” atau “mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek minimal satu kali setiap semester”. Kejelasan ajakan memudahkan audiens untuk mengambil langkah konkret.
-
Relevan dengan Tema dan Audiens
Ajakan bertindak harus relevan dengan tema Hardiknas dan karakteristik audiens. Ajakan untuk guru akan berbeda dengan ajakan untuk siswa atau orang tua. Misalnya, jika tema Hardiknas adalah literasi, ajakan bertindak dapat berupa gerakan membaca buku bersama di keluarga atau pembuatan pojok baca di sekolah.
-
Realistis dan Terjangkau
Ajakan bertindak harus realistis dan terjangkau oleh audiens. Ajakan yang terlalu ideal dan sulit dicapai justru menimbulkan demotivasi. Sebaliknya, ajakan yang terlalu umum dan tidak terukur sulit dievaluasi efektivitasnya. Contoh ajakan realistis adalah “menggunakan teknologi digital untuk mendukung pembelajaran” atau “menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman”.
-
Inspiratif dan Memotivasi
Ajakan bertindak harus disampaikan dengan bahasa yang inspiratif dan memotivasi. Ajakan yang disampaikan dengan antusias dan penuh keyakinan akan lebih mudah diterima dan diimplementasikan oleh audiens. Misalnya, “Mari kita bersama-sama mewujudkan pendidikan Indonesia yang bermutu dan berkarakter” atau “Dengan semangat gotong royong, kita pasti bisa mengatasi segala tantangan di dunia pendidikan”.
Ajakan bertindak yang efektif menutup pidato Hardiknas dengan pesan yang kuat dan berkesan. Ajakan tersebut merupakan tajihan bagi seluruh komponen bangsa untuk berperan aktif dalam memajukan pendidikan. Keberhasilan pidato Hardiknas tidak hanya diukur dari keindahan bahasa dan kedalaman isi, tetapi juga dari dampak nyata yang ditimbulkan oleh ajakan bertindak tersebut. Oleh karena itu, perumusan ajakan bertindak harus dilakukan dengan cermat dan strategis agar pesan pidato dapat diterjemahkan menjadi aksi nyata yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan Indonesia.
Pertanyaan Umum Seputar Pidato Hari Pendidikan Nasional
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan terkait penyusunan dan penyampaian pidato Hari Pendidikan Nasional:
Pertanyaan 1: Bagaimana menyesuaikan isi pidato dengan tema Hardiknas yang berbeda-beda setiap tahunnya?
Tema Hardiknas menjadi acuan utama dalam menentukan arah dan substansi pidato. Pahami esensi tema tersebut dan kaitkan dengan perkembangan pendidikan saat ini. Gunakan contoh dan data yang relevan dengan tema yang diusung.
Pertanyaan 2: Bagaimana cara menghindari plagiarisme dalam menyusun pidato Hardiknas?
Kembangkan ide dan gagasan sendiri berdasarkan pemahaman terhadap tema Hardiknas. Jika merujuk pada sumber lain, cantumkan sumber tersebut secara tepat. Fokus pada penyampaian pesan dengan gaya bahasa pribadi.
Pertanyaan 3: Apa saja sumber referensi yang dapat digunakan dalam menyusun pidato Hardiknas?
Sumber referensi dapat berupa dokumen kebijakan Kemendikbudristek, laporan penelitian di bidang pendidikan, artikel ilmiah, buku, dan berbagai sumber informasi terpercaya lainnya. Pastikan sumber yang digunakan kredibel dan aktual.
Pertanyaan 4: Bagaimana cara menyampaikan pidato Hardiknas yang berkesan dan memotivasi?
Persiapkan pidato dengan matang, latih penyampaian dengan baik, dan gunakan bahasa tubuh yang sesuai. Sampaikan pesan dengan antusias dan penuh keyakinan. Libatkan audiens dengan mengajukan pertanyaan atau menceritakan kisah inspiratif.
Pertanyaan 5: Berapa durasi ideal untuk sebuah pidato Hardiknas?
Durasi ideal pidato Hardiknas disesuaikan dengan konteks acara. Umumnya, pidato berlangsung antara 5 hingga 15 menit. Pastikan pidato tidak terlalu singkat sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik, dan tidak terlalu panjang sehingga membosankan audiens.
Pertanyaan 6: Apa perbedaan pidato Hardiknas untuk tingkat pendidikan yang berbeda (SD, SMP, SMA/SMK)?
Isi dan bahasa pidato perlu disesuaikan dengan tingkat pemahaman audiens. Pidato untuk siswa SD harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sedangkan pidato untuk siswa SMA/SMK dapat menggunakan bahasa yang lebih kompleks dan mendalam.
Memahami pertanyaan-pertanyaan umum ini membantu dalam mempersiapkan dan menyampaikan pidato Hardiknas yang berkualitas dan bermakna. Persiapan yang matang dan pemahaman yang mendalam terhadap tema Hardiknas merupakan kunci keberhasilan sebuah pidato.
Selanjutnya, akan dibahas contoh konkret pidato Hari Pendidikan Nasional untuk berbagai konteks.
Tips Menyusun Pidato Hari Pendidikan Nasional yang Efektif
Berikut beberapa tips untuk menyusun pidato Hari Pendidikan Nasional yang efektif dan berdampak:
Tip 1: Pahami Tema Hardiknas Secara Mendalam
Pahami esensi tema yang diusung Kemendikbudristek. Telaah makna dan implikasinya terhadap dunia pendidikan. Hal ini akan membantu mengarahkan isi dan pesan pidato agar tetap relevan dan terfokus.
Tip 2: Susun Kerangka Pidato yang Sistematis
Buatlah kerangka pidato yang terstruktur dengan pendahuluan, isi, dan penutup. Hal ini memastikan alur penyampaian logis dan mudah dipahami audiens.
Tip 3: Gunakan Bahasa yang Lugas dan Mudah Dipahami
Hindari jargon dan istilah teknis yang rumit. Pilih kata-kata yang sederhana dan mudah dicerna oleh berbagai kalangan pendengar. Kejelasan bahasa menjamin pesan tersampaikan secara efektif.
Tip 4: Sertakan Data dan Fakta yang Relevan
Dukung argumen dengan data dan fakta yang valid untuk memperkuat pesan yang disampaikan. Data dan fakta memberikan landasan yang kuat dan kredibel bagi pidato.
Tip 5: Sisipkan Kisah Inspiratif dan Teladan
Kisah inspiratif dan teladan memberikan warna dan daya tarik tersendiri bagi pidato. Hal ini dapat membangkitkan semangat dan motivasi audiens.
Tip 6: Sampaikan Apresiasi dan Penghargaan
Berikan apresiasi kepada guru, tenaga kependidikan, dan seluruh pihak yang berkontribusi dalam memajukan pendidikan. Apresiasi menumbuhkan semangat dan rasa dihargai.
Tip 7: Akhiri dengan Ajakan Bertindak yang Konkret
Arahkan audiens untuk mengambil langkah nyata dalam memajukan pendidikan. Ajakan bertindak yang spesifik dan terukur lebih mudah diimplementasikan.
Tip 8: Latih Penyampaian Pidato dengan Baik
Latihan membantu meningkatkan kelancaran dan rasa percaya diri saat menyampaikan pidato. Perhatikan intonasi, ekspresi, dan bahasa tubuh.
Dengan menerapkan tips di atas, diharapkan pidato Hari Pendidikan Nasional dapat tersampaikan secara efektif, bermakna, dan memberikan inspirasi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Selanjutnya, kesimpulan dari pembahasan mengenai pidato Hari Pendidikan Nasional akan disampaikan pada bagian penutup.
Kesimpulan
Pembahasan mengenai contoh pidato Hari Pendidikan Nasional telah menguraikan berbagai aspek penting, mulai dari pemahaman tema, penyusunan struktur, pemilihan diksi, hingga teknik penyampaian. Refleksi dan apresiasi terhadap perkembangan dunia pendidikan, inspirasi dan motivasi bagi para pemangku kepentingan, serta penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara merupakan elemen krusial yang menentukan kualitas dan dampak pidato. Ajakan bertindak yang konkret dan terukur mengarahkan audiens untuk berkontribusi secara nyata dalam memajukan pendidikan.
Pidato Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar seremonial, melainkan momentum strategis untuk mengevaluasi pencapaian, mengidentifikasi tantangan, dan merumuskan langkah-langkah perbaikan di bidang pendidikan. Penyusunan dan penyampaian pidato yang efektif berkontribusi signifikan dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa. Melalui pidato yang inspiratif dan memotivasi, diharapkan seluruh komponen bangsa tergerak untuk berperan aktif dalam mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas dan berkarakter.